Cinta Tidak
untuk Dimiliki
Oleh: Natijatul Habibah
Hari masih begitu pagi
tetapi Salsa, cewek manis berjibab ini sudah sampai di sekolah. Dia berjalan di
koridor hendak ke ruang kelasnya yakni kelas XII IPS 1. Dia hanya berpapasan dengan
sedikit siswa dan menyapanya dengan senyuman. Sesampainya di kelas, dia
meletakkan tas di bangku dan mengeluarkan buku pelajaran untuk dibacanya.
“Assalamualaikum.” suara
salam dari Faisal memecah keheningan saat itu.
“Waalaikumsalam.” jawab
Salsa dengan menundukkan kepala, karena Salsa tidak mau melakukan zina mata
dengan menatap wajah Faisal yang bukan mahramnya.
Setiap kali memandang
Faisal, hati Salsa menjadi dag dig dug karena Salsa juga menyukai Faisal sejak
dahulu. Faisal adalah ketua OSIS yang pintar dalam berbagai hal dan diapun
disukai oleh para wanita yang ada di sekolahnya. Daripada hati Salsa semakin
tidak menentu bila ada di dekat Faisal, diapun memutuskan untuk menunggu teman
yang lain di luar. Lagipula tidak baik untuk berada dalam satu ruangan dengan
laki-laki yang bukan mahramnya.
“Assalamualaikum Salsa. Ngapain kamu di luar?”
Rina datang mengagetkan Salsa.
“Waalaikumsalam. Aku lagi
nungguin kamu.” jawab Salsa.
“Kenapa nggak nunggu di
dalam kelas aja? Kan udah ada Faisal di dalam.”
“Nggak ah.”
“Kenapa? Bukannya kamu
malah senang kalau bisa berduaan sama Faisal. Kamu kan udah naksir Faisal sejak
lama.”
“Ya nggaklah. Aku memang
suka sama Faisal tapi aku nggak suka berduaan, bisa nimbulin fitnah tau. Lagian
kan nggak boleh ada wanita sama laki-laki yang ada dalam satu ruangan.”
“Iya-iya tahu Bu Ustadzah.
Udah ah, ayo kita masuk.”
“Ayo.”
Salsa dan Rina memasuki
kelas dan duduk di bangku mereka. Rina adalah teman sebangku sekaligus sahabat
terbaik Salsa. Rina juga mengetahui bahwa Salsa menyukai Faisal, tetapi hanya
sebatas menyukainya dan tidak berharap untuk lebih karena Salsa tidak mau
pacaran dahulu.
Tidak lama kemudian bel
masukpun berdering. Beberapa saat kemudian, Bu Yanti selaku guru ekonomi di kelas
Salsapun masuk. Beliau menerangkan sedikit tentang manajemen badan usaha dalam
perekonomian nasional. Di akhir pelajarn, beliau memberikan tugas kelompok yang
terdiri atas dua orang untuk membuat presentasi tentang manajemen bada usaha
dalam perekonomian nasional dalam bentuk power
point dan akan di jelaskan ke teman-teman yang lain minggu depan. Salsa dan
Faisal berada dalam satu kelompok. Entah suatu kebetulan yang sangat membuat
Salsa menjadi senang atau malah menimbulkan zina mata baginya.
Saat bel pulang berdering,
siswa di kelas Salsa beranjak meninggalkan ruangan kelas, begitupun juga Rina
karena dia harus buru-buru pulang karena ada urusan di rumahnya. Tetapi Salsa
masih membereskan buku-buku pelajarannya yang berserakan di atas meja. Faisal
yang sudah selesai membereskan buku-bukunya menghampiri Salsa untuk menanyakan
tugas ekonomi mereka tadi.
“Salsa, bagaimana tentang
tugas ekonomi kita tadi? Kapan kita akan memulai mengerjakannya?” tanya Faisal.
“Mmm, bagaimana kalau kita
mencari bahan-bahan untuk membuat materinya terlebih dahulu.”
“Oke, tetapi aku tidak
bisa kalau hari ini. Aku ada rapat OSIS karena sebentar lagi kan reformasi
pengurus OSIS yang baru.”
“Kita mencarinya
sendiri-sendiri saja. Baru nanti kita kumpulin jadi satu dan memulai bikin
power pointnya tiga hari lagi. Bagaimana?”
“Oke, aku setuju dengan
idemu itu. Aku ke ruang OSIS dulu ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Faisal berlalu dengan
senyum manis di wajahnya. Jantung Salsa masih berdegup dengan kencangnya karena
mengobrol dengan Faisal walaupun itu tentang tugas mereka. Salsa juga masih
terpesona dengan senyum manis yang terukir di wajah Faisal. Buru-buru Salsa
ingat kalau dia tidak boleh memandangnya terlalu lama dengan syahwat karena itu
tidak diperbolehkan.
“Astaghfirullah hal adzim.
Apa yang barusan aku lihat tadi? Ampuni aku Ya Allah. Aku tidak bermaksud untuk
memandang Faisal sampai seperti itu.” batin Salsa.
Salsa segera pulang ke
rumah dengan banyak beristighfar karena tadi. Dia juga berusaha untuk melupakan
senyum manis yang terukir di wajah Faisal.
Setelah sampai di rumah,
Salsa mengambil air wudhu dan menunaikan shalat Dzuhur karena di sekolah tadi
Dia belum menunaikannya. Dia shalat Dzhuhur berjamaah dengan ayah dan ibunya
yang kebetulan juga belum menunaikan shalat Dzuhur. Salsa beserta ayah dan
ibunya menunggu untuk shalat ashar berjamaah dengan membaca al-quran.
Seusai shalat, Salsa pergi
ke kamarnya untuk mencari materi tugas ekonomi. Baru saja membuka laptopnya,
handphone Salsa berdering pertanda ada sms yang masuk. Entah, itu sms dari
siapa karena nomornya tidak ada di kontak Salsa.
“Jangan lupa cari tugas yang tadi
ya, Sa. Faisal.”
Ternyata sms tersebut dari Faisal.
“Iya, ini aku juga lagi nyari kok.”
Setelah sms itu terkirim tak lama kemudian
handphone Salsa berdering lagi.
“Oke deh. Tiga hari lg kan hari
Minggu. Kita ngerjainnya di mana? Di rumah kamu atau di rumahku?”
Salsa mengetik pesan balasan dan mengirimnya.
“Di rumahku aja gmn?”
“Oke deh.”
***
“Apa kemarin Faisal
menelponmu? Kemarin dia minta nomormu ke aku.” tanya Rani saat aku baru datang.
Hari ini Salsa berangkat agak siang karena seusai shalat Subuh Salsa ketiduran
dan akhirnya telat bangun deh.
“Dia kemarin sms aku.”
“Sms apa?” tanya Rani
dengan tidak sabarnya.
“Cuma ngingetin untuk
nyari tugas ekonomi.”
“Oh iya ya. Aku lupa, kamu
kan sekelompok sama Faisal ya.”
“Iya.”
Tidak lama kemudian, Bu
Fatimah selaku guru matematika Salsa tiba di kelasnya karena bel sudah berbunyi
sejak Salsa tiba di kelasnya. Pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran
favorit Salsa.
***
Hari Minggupun tiba,
Faisal datang ke rumah Salsa pukul 09.00 WIB. Sebelumnya Faisal sudah sms Salsa
untuk memberitahukan kedatangannya tersebut.
“Assalamualaikum.” teriak
Faisal sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam.” jawab
ibu dan ayah Salsa dengan bersamaan. Ibu Salsa yang membuka pintu untuk Faisal.
Saat tau ibu Salsa yang membukakan pintu, diciumnya tangan ibu Salsa.
“Kamu cari Salsa?” tanya
ibu Salsa.
“Iya, tante. Mau ngerjain
tugas kelompok.”
“Oh, begitu. Tunggu
sebentar ya, tante panggilin Salsa. Kamu duduk aja dulu.”
“Iya, Tante. Terima
kasih.”
“Salsa, ada teman kamu
ini.” Panggil ibu Salsa sambil mengetuk pintu kamarnya.
“Iya, Bu. Sebentar lagi
Salsa keluar. Salsa pakai jilbab dulu.”
“Yaudah jangan lama-lama
kasihan temanmu.”
“Iya, Bu.”
Beberapa menit kemudian
Salsa keluar dengan jilbab warna biru dan membawa laptop untuk mengerjakan
tugasnya.
“Assalamualaikum, Faisal.”
“Oh, Waalaikumsalam.”
“Ayo kita mulai
mengerjakannya agar cepat selesai.”
“Ini, aku sudah cari
materinya. Udah aku letakkan di laptop sebagian. Kita tinggal nambahin materi
punya kamu.”
“Oh, iya ini materi
punyaku. Aku copy dulu di flashdisk ya.”
“Oke deh.”
“Ini udah selesai
meng-copynya. Tinggal ditambahkan aja ke materi kamu.” Salsa membuka suara agar
suasana menjadi tidak canggung.
“Oh, iya. Mana
flashdisknya?”
“Ini.” Kata Salsa sambil
menyerahkan flashdisknya.
Tiga jam sudah mereka
mengerjakan tugas ekonomi itu dan akhirnya selesai juga. Mereka puas dengan
hasil kerjanya karena sudah dirasa cukup baik. Faisal berpamitan kepada kedua
orang tua Salsa. Salsa semakin kagum dengan Faisal karena dia sangat cekatan
dalam mengerjakan tugas kelompok dan dalam waktu yang tidak begitu lama tugas
merekapun sudah selesai.
Tugas ekonomi itupun
mendapatkan nilai yang sangat baik dari Bu Yanti karena materi yang disajikan
cukup lengkap dan mereka sangat kompak dalam menyajikan materi itu.
***
Setelah tugas itu selesai
Salsa dan Faisal semakin dekat. Mereka sering smsan dan lebih sering mengobrol
baik itu di telepon maupun secara langsung.
Malam itu, Salsa
mendengarkan ceramah di radio yang diputar oleh ayahnya di dalam kamar sambil
mengerjakan tugas sekolahnya. Ayah Salsa sering mendengarkan radio tentang
ceramah agama yang ada di malam hari. Pada ceramah itu menjelaskan tentang
larangan Allah dalam al-quran untuk tidak mendekati zina.
“Di dalam QS Al-Israa ayat
32 yang artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Salah satu cara
untuk mendekatkan kita dalam berbuat zina adalah pacaran, meskipun ada yang
bilang mereka itu pacaran secara islami. Di dalam islam, kita tidak mengenal
arti pacaran yang ada hanyalah ta’aruf. Dan barangsiapa yang percaya kepada
Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berdua-duaan dengan perempuan yang
tidak ada bersamanya seorang muhrimnya karena yang ketiganya di waktu itu
adalah setan. Seseorang ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Hadits ini diriwayatkan oleh
Ar-Ruyani di dalam kitab Musnad-nya.”
***
Keesokan paginya, Faisal
ingin berbicara dengan Salsa tentang perasaannya.
“Salsa, ada waktu
sebentar? Aku mau bicara sama kamu.”
“Oh, baiklah. Silahkan
bicara.”
“Salsa, sebenarnya aku
suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
Salsa tercengang mendengar
pernyataan yang diungkapkan oleh Faisal. Dia jadi teringat ceramah yang ada di
radio tadi malam. Dia memkirkan permintaan Faisal yang ingin menjadikannya
seorang pacar. Di satu sisi Salsa sangat bahagia karena dia sudah menyukai
Faisal sejak lama dan di sisi yang lainnya Salsa takut kepada Allah karena
kalau dia berpacaran dengan Faisal itu akan berujung pada zina.
“Salsa, kok kamu melamun.
Gimana?” tanya Faisal membuyarkan lamunan Salsa.
“Mmm, gimana ya.
Sebenarnya aku juga suka sama kamu tapi aku tidak mau pacaran dulu karena kita
udah kelas XII, aku maunya nanti setelah sukses langsung menikah. Lagipula, di
dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran dan kalau kita pacaran, artinya kita
akan mendekati zina karena kita selalu berdua-duaan, saling pandang tetapi kita
belum muhrim. Maaf aku tidak bisa jadi pacar kamu.”
Jawaban Salsa tadi sukses
membuat Faisal menjadi pucat. Tetapi Faisal menerima apapun keputusan Salsa.
“Baiklah Salsa, tidak
apa-apa kok. Jangan terlalu dipikirin ya.”
“Maaf. Kalau kita
berjodoh, kita pasti dipertemukan kembali oleh Allah Subhanahu Wa Taala. Aku
percaya itu.”
“Iya, Salsa. Kalau kita
pasti akan dipertemukan kembali oleh Allah.”
-SELESAI-