Minggu, 20 April 2014

[Cerpen] Cinta Tidak untuk Dimiliki



Cinta Tidak untuk Dimiliki
Oleh: Natijatul Habibah



Hari masih begitu pagi tetapi Salsa, cewek manis berjibab ini sudah sampai di sekolah. Dia berjalan di koridor hendak ke ruang kelasnya yakni kelas XII IPS 1. Dia hanya berpapasan dengan sedikit siswa dan menyapanya dengan senyuman. Sesampainya di kelas, dia meletakkan tas di bangku dan mengeluarkan buku pelajaran untuk dibacanya.
“Assalamualaikum.” suara salam dari Faisal memecah keheningan saat itu.
“Waalaikumsalam.” jawab Salsa dengan menundukkan kepala, karena Salsa tidak mau melakukan zina mata dengan menatap wajah Faisal yang bukan mahramnya.
Setiap kali memandang Faisal, hati Salsa menjadi dag dig dug karena Salsa juga menyukai Faisal sejak dahulu. Faisal adalah ketua OSIS yang pintar dalam berbagai hal dan diapun disukai oleh para wanita yang ada di sekolahnya. Daripada hati Salsa semakin tidak menentu bila ada di dekat Faisal, diapun memutuskan untuk menunggu teman yang lain di luar. Lagipula tidak baik untuk berada dalam satu ruangan dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
 “Assalamualaikum Salsa. Ngapain kamu di luar?” Rina datang mengagetkan Salsa.
“Waalaikumsalam. Aku lagi nungguin kamu.” jawab Salsa.
“Kenapa nggak nunggu di dalam kelas aja? Kan udah ada Faisal di dalam.”
“Nggak ah.”
“Kenapa? Bukannya kamu malah senang kalau bisa berduaan sama Faisal. Kamu kan udah naksir Faisal sejak lama.”
“Ya nggaklah. Aku memang suka sama Faisal tapi aku nggak suka berduaan, bisa nimbulin fitnah tau. Lagian kan nggak boleh ada wanita sama laki-laki yang ada dalam satu ruangan.”
“Iya-iya tahu Bu Ustadzah. Udah ah, ayo kita masuk.”
“Ayo.”
Salsa dan Rina memasuki kelas dan duduk di bangku mereka. Rina adalah teman sebangku sekaligus sahabat terbaik Salsa. Rina juga mengetahui bahwa Salsa menyukai Faisal, tetapi hanya sebatas menyukainya dan tidak berharap untuk lebih karena Salsa tidak mau pacaran dahulu.
Tidak lama kemudian bel masukpun berdering. Beberapa saat kemudian, Bu Yanti selaku guru ekonomi di kelas Salsapun masuk. Beliau menerangkan sedikit tentang manajemen badan usaha dalam perekonomian nasional. Di akhir pelajarn, beliau memberikan tugas kelompok yang terdiri atas dua orang untuk membuat presentasi tentang manajemen bada usaha dalam perekonomian nasional dalam bentuk power point dan akan di jelaskan ke teman-teman yang lain minggu depan. Salsa dan Faisal berada dalam satu kelompok. Entah suatu kebetulan yang sangat membuat Salsa menjadi senang atau malah menimbulkan zina mata baginya.
Saat bel pulang berdering, siswa di kelas Salsa beranjak meninggalkan ruangan kelas, begitupun juga Rina karena dia harus buru-buru pulang karena ada urusan di rumahnya. Tetapi Salsa masih membereskan buku-buku pelajarannya yang berserakan di atas meja. Faisal yang sudah selesai membereskan buku-bukunya menghampiri Salsa untuk menanyakan tugas ekonomi mereka tadi.
“Salsa, bagaimana tentang tugas ekonomi kita tadi? Kapan kita akan memulai mengerjakannya?” tanya Faisal.
“Mmm, bagaimana kalau kita mencari bahan-bahan untuk membuat materinya terlebih dahulu.”
“Oke, tetapi aku tidak bisa kalau hari ini. Aku ada rapat OSIS karena sebentar lagi kan reformasi pengurus OSIS yang baru.”
“Kita mencarinya sendiri-sendiri saja. Baru nanti kita kumpulin jadi satu dan memulai bikin power pointnya tiga hari lagi. Bagaimana?”
“Oke, aku setuju dengan idemu itu. Aku ke ruang OSIS dulu ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Faisal berlalu dengan senyum manis di wajahnya. Jantung Salsa masih berdegup dengan kencangnya karena mengobrol dengan Faisal walaupun itu tentang tugas mereka. Salsa juga masih terpesona dengan senyum manis yang terukir di wajah Faisal. Buru-buru Salsa ingat kalau dia tidak boleh memandangnya terlalu lama dengan syahwat karena itu tidak diperbolehkan.
“Astaghfirullah hal adzim. Apa yang barusan aku lihat tadi? Ampuni aku Ya Allah. Aku tidak bermaksud untuk memandang Faisal sampai seperti itu.” batin Salsa.
Salsa segera pulang ke rumah dengan banyak beristighfar karena tadi. Dia juga berusaha untuk melupakan senyum manis yang terukir di wajah Faisal.
Setelah sampai di rumah, Salsa mengambil air wudhu dan menunaikan shalat Dzuhur karena di sekolah tadi Dia belum menunaikannya. Dia shalat Dzhuhur berjamaah dengan ayah dan ibunya yang kebetulan juga belum menunaikan shalat Dzuhur. Salsa beserta ayah dan ibunya menunggu untuk shalat ashar berjamaah dengan membaca al-quran.
Seusai shalat, Salsa pergi ke kamarnya untuk mencari materi tugas ekonomi. Baru saja membuka laptopnya, handphone Salsa berdering pertanda ada sms yang masuk. Entah, itu sms dari siapa karena nomornya tidak ada di kontak Salsa.
“Jangan lupa cari tugas yang tadi ya, Sa. Faisal.”
Ternyata sms tersebut dari Faisal.
“Iya, ini aku juga lagi nyari kok.”
Setelah sms itu terkirim tak lama kemudian handphone Salsa berdering lagi.
“Oke deh. Tiga hari lg kan hari Minggu. Kita ngerjainnya di mana? Di rumah kamu atau di rumahku?”
Salsa mengetik pesan balasan dan mengirimnya.
“Di rumahku aja gmn?”
“Oke deh.”
***
“Apa kemarin Faisal menelponmu? Kemarin dia minta nomormu ke aku.” tanya Rani saat aku baru datang. Hari ini Salsa berangkat agak siang karena seusai shalat Subuh Salsa ketiduran dan akhirnya telat bangun deh.
“Dia kemarin sms aku.”
“Sms apa?” tanya Rani dengan tidak sabarnya.
“Cuma ngingetin untuk nyari tugas ekonomi.”
“Oh iya ya. Aku lupa, kamu kan sekelompok sama Faisal ya.”
“Iya.”
Tidak lama kemudian, Bu Fatimah selaku guru matematika Salsa tiba di kelasnya karena bel sudah berbunyi sejak Salsa tiba di kelasnya. Pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran favorit Salsa.
***
Hari Minggupun tiba, Faisal datang ke rumah Salsa pukul 09.00 WIB. Sebelumnya Faisal sudah sms Salsa untuk memberitahukan kedatangannya tersebut.
“Assalamualaikum.” teriak Faisal sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam.” jawab ibu dan ayah Salsa dengan bersamaan. Ibu Salsa yang membuka pintu untuk Faisal. Saat tau ibu Salsa yang membukakan pintu, diciumnya tangan ibu Salsa.
“Kamu cari Salsa?” tanya ibu Salsa.
“Iya, tante. Mau ngerjain tugas kelompok.”
“Oh, begitu. Tunggu sebentar ya, tante panggilin Salsa. Kamu duduk aja dulu.”
“Iya, Tante. Terima kasih.”
“Salsa, ada teman kamu ini.” Panggil ibu Salsa sambil mengetuk pintu kamarnya.
“Iya, Bu. Sebentar lagi Salsa keluar. Salsa pakai jilbab dulu.”
“Yaudah jangan lama-lama kasihan temanmu.”
“Iya, Bu.”
Beberapa menit kemudian Salsa keluar dengan jilbab warna biru dan membawa laptop untuk mengerjakan tugasnya.
“Assalamualaikum, Faisal.”
“Oh, Waalaikumsalam.”
“Ayo kita mulai mengerjakannya agar cepat selesai.”
“Ini, aku sudah cari materinya. Udah aku letakkan di laptop sebagian. Kita tinggal nambahin materi punya kamu.”
“Oh, iya ini materi punyaku. Aku copy dulu di flashdisk ya.”
“Oke deh.”
“Ini udah selesai meng-copynya. Tinggal ditambahkan aja ke materi kamu.” Salsa membuka suara agar suasana menjadi tidak canggung.
“Oh, iya. Mana flashdisknya?”
“Ini.” Kata Salsa sambil menyerahkan flashdisknya.
Tiga jam sudah mereka mengerjakan tugas ekonomi itu dan akhirnya selesai juga. Mereka puas dengan hasil kerjanya karena sudah dirasa cukup baik. Faisal berpamitan kepada kedua orang tua Salsa. Salsa semakin kagum dengan Faisal karena dia sangat cekatan dalam mengerjakan tugas kelompok dan dalam waktu yang tidak begitu lama tugas merekapun sudah selesai.
Tugas ekonomi itupun mendapatkan nilai yang sangat baik dari Bu Yanti karena materi yang disajikan cukup lengkap dan mereka sangat kompak dalam menyajikan materi itu.
***
Setelah tugas itu selesai Salsa dan Faisal semakin dekat. Mereka sering smsan dan lebih sering mengobrol baik itu di telepon maupun secara langsung.
Malam itu, Salsa mendengarkan ceramah di radio yang diputar oleh ayahnya di dalam kamar sambil mengerjakan tugas sekolahnya. Ayah Salsa sering mendengarkan radio tentang ceramah agama yang ada di malam hari. Pada ceramah itu menjelaskan tentang larangan Allah dalam al-quran untuk tidak mendekati zina.
“Di dalam QS Al-Israa ayat 32 yang artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Salah satu cara untuk mendekatkan kita dalam berbuat zina adalah pacaran, meskipun ada yang bilang mereka itu pacaran secara islami. Di dalam islam, kita tidak mengenal arti pacaran yang ada hanyalah ta’aruf. Dan barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berdua-duaan dengan perempuan yang tidak ada bersamanya seorang muhrimnya karena yang ketiganya di waktu itu adalah setan. Seseorang ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Hadits ini diriwayatkan oleh Ar-Ruyani di dalam kitab Musnad-nya.”
***
Keesokan paginya, Faisal ingin berbicara dengan Salsa tentang perasaannya.
“Salsa, ada waktu sebentar? Aku mau bicara sama kamu.”
“Oh, baiklah. Silahkan bicara.”
“Salsa, sebenarnya aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
Salsa tercengang mendengar pernyataan yang diungkapkan oleh Faisal. Dia jadi teringat ceramah yang ada di radio tadi malam. Dia memkirkan permintaan Faisal yang ingin menjadikannya seorang pacar. Di satu sisi Salsa sangat bahagia karena dia sudah menyukai Faisal sejak lama dan di sisi yang lainnya Salsa takut kepada Allah karena kalau dia berpacaran dengan Faisal itu akan berujung pada zina.
“Salsa, kok kamu melamun. Gimana?” tanya Faisal membuyarkan lamunan Salsa.
“Mmm, gimana ya. Sebenarnya aku juga suka sama kamu tapi aku tidak mau pacaran dulu karena kita udah kelas XII, aku maunya nanti setelah sukses langsung menikah. Lagipula, di dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran dan kalau kita pacaran, artinya kita akan mendekati zina karena kita selalu berdua-duaan, saling pandang tetapi kita belum muhrim. Maaf aku tidak bisa jadi pacar kamu.”
Jawaban Salsa tadi sukses membuat Faisal menjadi pucat. Tetapi Faisal menerima apapun keputusan Salsa.
“Baiklah Salsa, tidak apa-apa kok. Jangan terlalu dipikirin ya.”
“Maaf. Kalau kita berjodoh, kita pasti dipertemukan kembali oleh Allah Subhanahu Wa Taala. Aku percaya itu.”
“Iya, Salsa. Kalau kita pasti akan dipertemukan kembali oleh Allah.”


-SELESAI-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar